AGAMA ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW DAN PERKEMBANGANNYA
Tatkala Nabi Muhammad SAW memulai tugasnya sebagai Rasulullah - Utusan Allah - situasi dunia sedang di puncak kegalauan, amat sengsara penuh derita. Di seluruh permukaannya tidak dijumpai wajah yang layak dibanggakan, segalanya mendendam risau gelisan, di mana-mana menjalar onar belaka.
Dengan penglihatan seorang Rasul, Utusan Allah, Nabi Muhammad SAW mengamati hal ihwal umat manusia yang sedang menanggalkan sifat-sifat keutamaan, sedang asyik melepaskan watak kemanusiaan yang mulia, tiada lagi akhlakul karimah. Sebagian besar dari mereka menyembah batu serta mempertuhan kayu terutama yang telah dipahat menjadi patung sebagian yang lain menghambakan diri kepada matahari, bintang dan bulan. Benda-benda yang tiada kuasa sedikitpun untuk merubah nasibnya sendiri, betapa pula nasib manusia makhluk yang lebih tinggi martabatnya dipuja dan disembah dengan keyakinan yang membuta. Fenomena ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari tingkah manusia yang telah rusak akalnya, rusak pula ketertiban berpikirnya dan kacau jalan pikirannya.
Masyarakat di sekeliling Nabi Muhammad SAW mencerminkan keadaan dunia seluruhnya. Kondisi masyarakat yang sama sekali tidak kenal dengan tertib hukum. Suatu masyarakat yang pada hakikatnya tiada memiliki pimpinan, karena yang dinamakan para pemimpin sebenarnya adalah kelas penguasa yang memeras tenaga lahir bathin terhadap kelas bawahnya, tukang-tukang eksploitir manusia secara habis-habisan atas nama "kesetiaan terhadap pemimpin". Masyarakat ini tidak ubahnya ibarat kumpulan domba-domba diironi (konotasi bersifat cemooh terhadap kenyataan yang buruk) sebagai yang dikatakan oleh seorang penyair:
"Seharusnya seorang sang pengembala melindungi dombanya dari ancaman serigala, namun betapa pula jika sang pengembala sendiri adalah serigala-serigala ? "
Orang-orang yang hidupnya bergelimang dengan dosa serta laku durjana menikmati kesenangan hidup dari merebut milik orang lain yang diperkosa. Yang kuat membinasakan yang lemah, yang gagah mengumbar nafsunya dengan serakah. Orang mabuk ada di mana-mana, mabuk karena minuman keras, mabuk karena kekayaan melimpah ruah hasil perampokan dan perarnpasan, juga mabuk kekuasaan tanpa batas. Kekuasaan di tangan raja-raja zalim tak ubahnya laksana keleuang tajam di tangan pemabuk, melukai orang lain tetapi juga dirinya sendiri.
Dunia tidak mengenal arti moral dan agama. Sebagian besar para pemuka agama dan penganjur moral telah menjadikan kedudukan serta pengaruhnya untuk mengumbar hawa nafsunya, menyesatkan pengikutnya dan membiarkan mereka bertambah sesat. Semua ini lantaran "agama" dan "moral" mereka demikian rapuh hingga mudah saja diombang-ambingkan oleh kekuasaan politik dan harta.
Muhammad 'Athiyah Al-Ibrasyi melukiskan antara lain bahwa apa yang disaksikan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai dunia sekelilingnya sebagai satu dunia dimana para penguasa, hakim-hakim, dan para pemuka agama berkomplot menindas rakyat, memenangkan kaum yang kuat dan orang-orang kaya. Dunia yang demikian coraknya tidak mempunyai apa-apa kecuali kehinaan, serta tidak menjumpai apa-apa kecuali ketakutan, kecemasan, dan penderitaan.
Di puncak kegelapannya ketidak-adilan ini Allah SWT membangkitkan seorang lelaki bernama Muhammad bin Abdullah sebagai nabi dan utusan-Nya. Tugasnya sangat jelas, untuk mengubah sama sekali wajah seluruh permukaan bumi dengan pancaran kebenaran, keadilan, kasih sayang, dan saling membantu. Yaitu jika yang dijadikan landasannya adalah yang benar yang me-Maha Esa-kan Allah SWT (Tauhid), Dengan perkataan lain, tugas Nabi Muhammad SAW membuat peta dunia yang sama sekali baru. Demikian diungkapkan Muhammad 'Athiyah Al-Ibrasyi.
Umat manusia diajak, diinsyafkan dengan nasehat, diberi contoh dengan perbuatannya, dan dipimpin bukan sekedar di suruh bagaimana arti kata bertuhan dan beragama, siapa sebenarnya yang disebut Tuhan yang tiada lain adalah Allah SWT. Dialah Yang Maha Esa tiada terbilang. Dibimbingnya umat manusia bagaimana caranya menyembah kepada-Nya (ibadat) dan diperkenalkan kepada umat manusia akan firman-firman-Nya yang diwahyukan kepada nabi (kitab suci Al-Qur'an) suatu Kitab Suci yang tetap terpelihara dari kepalsuan hingga kapanpun dan oleh siapa pun.
Diratakan kesadaran umum di kalangan umat manusia bahwa tiada keharusan mentaati siapa pun dalam mendurhakai Allah SWT. Dipimpin dan diberinya umat manusia contoh teladan bagaimana menegakkan kebenaran dan keadilan di mana pun berada dan kepada siapa pun harus berlaku. Demikian pula dianjurkan mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk kemaslahatan umum, mempelajari semua kejadiars serta rahasia-rahasia alam semesta untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan untuk mensejahterakan kehidupan sesama umat manusia yang bermartabat.
Dipimpinnya umat manusia dengan contoh perbuatannya sendiri serta dengan nasehat yang bijaksana bagaimana membina suatu masyarakat yang terpuji, hidup dalam keutamaan yang bersemangatkan kasih sayang serta kegemaran bantu-membantu. Nabi Muhammad SAW mendidik umat manusia dengan latihan dan bimbingan, bagaimana orang yang lebih tua menyayangi kaum muda, demikian pula sebaliknya yang lebih muda menghormati yang lebih tua.
Mendudukkan kaum wanita sebagai wanita, sebagai istri dan sebagai ibu yang mendampingi kaum lelaki dengan sikap saling menghargai untuk bersama-sama membangun dan mensejahterakan seluruh anggota masyarakat tiada kecualinya. Bagian yang tak kalah pentingnya dari tugas Nabi Muhammad SAW ialah membangkitkan semangat bekerja di lapangan apa pun (sesuai dengan martabat manusia) untuk kesejahteraan dan kemajuan umum agar hidup ini terasa bahagia. Diberinya contoh dengan perbuatannya sendiri sehari-hari, berdagang, bercocok tanam, bertukang, dan hidup dengan prinsip percaya kepada kekuatan diri sendiri agar tidak menjadi beban orang lain.
Kata-katanya yang termasyhur, bahwa sebaik-baik mata pencaharian adalah hasil keringat sendiri. Umat manusia diinsyafkan cara mencari rezeki yang halal, menjauhi menumpuk kekayaan dan kemewahannya, dimana kehidupan Nabi Muhammad SAW menjadi contoh yang dapat dilihat sehari-harinya sekalipun sedang di puncak kejayaannya. Diberantasnya dengan tak kepalang tanggung perbuatan riba suatu tipu muslihat untuk meraih keuntungan sendiri dengan mengorbankan orang lain, dan dikutuknya segala bentuk pemerasan serta perampasan milik orang lain, nafsu serakah dan mendewa-dewakan dunia.
Umat manusia dididik dengan kesabaran untuk menjauhi segala bentuk pemalsuan, pencurian terang-terangan maupun yang berselubung, main suap (pemberi dan penerimanya), manipulasi ukuran, timbangan, dan pencatatan (registrasi). walhasil terdidiklah umat manusia untuk memperoleh penghidupan keuntungan usaha secara halal, menjauhi segala bentuk cara yang tidak halal serta merendahkan martabat manusia, Diinsyafkan kepada umat manusia bahwa di dalam harta dan kekayaan mengandung fungsi sosial, untuk kemajukan kesejahteraan umum dan memberantas kemiskinan (kemiskinan harta, kemiskinan budi pekerti, maupun kemiskinan pengetahuan).
Di dalam kepemimpinannya sehari-hari, Nabi Muhammad SAW demikian ketat membentengi seluruh masyarakat dari segala bentuk kemewahan hidup, sifat boros juga sifat kikir, cara-cara hidup yang mubazir, bersenang-senang melampaui batas, mengumbar hawa nafsu, segala macam perjudian dan minuman keras, serta segala bentuk kesenangan hidup yang mematikan semangat menolong orang lain serta menyebabkan semakin jauh dari ingat kepada Allah SWT.
Semua pengamat sejarah mengagumi ketekunan serta kecermatan Nabi Muhammad SAW di dalam membimbing umat manusia untuk mencintai dan menjunjung tinggi akhlak mulia, keteguhan iman kepada Allah SWT kesetiaan menjalankan ibadah kepadanya menurut cara dan waktu yang telah ditetapkan. Bersembahyang dengan khusyuk serta ikhlas. Menunaikan kewajiban zakat dengan sukarela. Berpuasa dan berhaji dengan memetik hikmat-hikmat yang terkandung di dalamnva. Mencintai serta menegakkan keadilan dan sifat kasih sayang. Memikirkan nasib orang lain dengan bersedia berkorban bila diperlukan nyawapun dipertaruhkan.
Disadarkan dnegan cara yang amat bijaksana agar umat manusia gemar melakukan intropeksi, membersihkan hatinya dari segala sifat buruk dan tercela. Melatih secara terus-menerus agar orang mempunyai rasa malu berbuat hal-hal yang tidak senonoh apalagi yang tercela atau menjadi pantangan agama. Umatnya dilatih dan dibimbing terus-menerus untuk membebaskan diri dari setiap perbuatan zalim, baik kezaliman yang dilakukan orang lain maupun dirinya sendiri. Meratakan sifat dan sikap damai, menegakkan asas persamaan, kemerdekaan, dan menjunjung tinggi musyawarah.
Salah seorang sahabatnya yang terdekat, Abu Hurairah r.a., melukiskan salah satu sabdanya yang kelihatannya amat sederhana namun dalam sekali maknanya ialah:
Artinya: Tidak seorang nabi pun diutus Allah kecuali bahwa ia pernah mengembala domba.
Ketika ditanya oleh salah seorang sahabat,"Apakah tuan juga demikian?" Jawabnya, "Benar, aku pun pernah menjadi pengembala, mengembalakan domba-domba milik penduduk Mekah dengan mendapatkan sekadar upah. Seperti juga halnya dengan Nabi Musa dan Daud, akupun pengembala domba!" ('Azhamatur Rasul: 39).
Dalam hubungan ini diberikan ulasan mengenai pengembala domba. Domba sejenis kambing atau biri-biri, termasuk binatang ternak yang paling lemah. Oleh karena itu sangat memerlukan pelindung dan pembela. Alat pertahanan fisiknya hampir tak ada artinya bila dibanding dengan besarnya ancaman yang mengepungnya. Tetapi di balik kelemahannya, binatang ternak ini sangat berfaedah bagi kehidupan umat manusia. Daging dan air susunya mengandung kadar kalori dalam jumlah yang tinggi. Kulit dan bulunya termasuk bahan perindustrian yang amat penting.
Bagi kaum tani khususnya, kotoran domba atau biri-biri dan kambing merupakan pupuk alami untuk menyubur tanah dan tanaman. Maka pengembala domba melakukan tugas yang nilainya sangat utama. la menjalankan tugas pelindung, penyelamat, dan pemimpin. Penunjuk jalan menuju padang-padang rumput yang subur dan aman dari bahaya yang mengancam domba-dombanya, penunjuk jalan pula bagi domba-domba yang sesat.
Tugasnya sebagai pengembala dikerjakan dengan penuh kesabaran serta kasih sayang. Tidak sekedar sehari dua atau sebulan dua akan tetapi sampai kapan pun hingga domba-dombanya berkembang biak dalam jumlah besar dan berkualitas tinggi. Tak pernah lengah barang sekejap akan bahaya yang mengancam sewaktu-waktu baik bagi dirinya maupun bagi domba-dombanya, karena pengembala menyadari bahwa musuh-musuh senantiasa mengintai setiap saat.
Di sinilah antara lain hikmah Allah SWT menjadikan calon-calon nabi dan rasul pengembala-pengembala domba dalam hubungannya dengan persiapan mental, bathin ,dan fisik mereka bila saatnya tiba kelak memimpin umat manusia yang bermacam-macam sifat serta akhlaknya tetapi harus dipimpinnya dengan penuh kesabaran. Mempersiapkan diri ini bukanlah kehendak calon-calon nabi dan rasul. karena nabi dan rasul tidak pernah mengharap kelaknya menjadi nabi atau rasul. Kenabiannya semata-mata kehendak dan kemurahan Allah SWT.
Seorang pengembala senantiasa menyadari bahwa sekumpulan dombanya harus dilindungi, dibela dan dipimpin mencapai kehidupan yang sejahtera. Demikianlah seorang nabi atau rasul menyadari bahwa umatnya harus dilindungi dan dibela dari kesewenang-wenangan musuh-musuhnya, dan dipimpin kejalan bahagia dan bermanfaat sekaligus agar terhindar dari kesesatan.
Sebagaimana seorang pengembala menyadari bahwa dombanya terdiri dari sekumpulan makhluk yang beraneka watak dan keinginannya. Demikian pula dengan seorang nabi dalam menginsyafi bahwa umatnya terdiri dari berbagai orang yang mempunyai sifat dan watak yang berbeda-beda dan dalam kondisi yang tidak sama. Oleh sebab itu mutlak diperlukan kesabaran amat tinggi serta keikhlasan untuk mencurahkan rasa kasih sayang yang sedalam-dalamnya.
Kelembutan hati di samping keramahan sangatlah diperlukan bagi seorang pengembala. Namun di samping sifat utama ini juga sangat diperlukan ketegasan serta pengetahuan jalan harus ditempuhnya. Seorang nabi atau rasul memiliki sifat paling utama, yaitu jujur, kasih sayang, lembut hati, ramah-tamah, dan sebagainya.
Namun para nabi juga memiliki sifat-sifat yang tak mungkin bisa diombang-ambingkan dalam menempuh jalan yang harus ditempuh. Nabi dan rasul tidak pernah sangsi apalagi main coba-coba dalam menempuh arah jalan yang akan dituju karena beliau-beliau ini tahu benar secara pasti jalan mana yang mesti ditempuh dalam menyelamatkan serta membahagiakan umat manusia.
Pemimpin yang memiliki ketabahan, kesabaran serta keuletan tak kepalang tanggung dalam memimpin umatnya yang beraneka macam sifat dan tabiat mereka. Pemimpin yang ikhlas berkorban demi kebenaran atas petunjuk Allah SWT. Pemimpin yang tahu benar jalan kebahagiaan bagi umatnya, yang pantang menyerah dalam menghadapi semua rintangan bagaimanapun dahsyatnya.
Demikianlah, kebangkitan Islam merupakan suatu kebangkitan yang tepat pada waktunya. Lahir dalam suatu situasi dan kondisi yang telah benar-benar matang. Dia suatu kebangkitan yang dilandasi atas asas paling utama dan diselenggarakan oleh tangan terpercaya Nabi Muhammad SAW dengan pancaran Wahyu Ilahi dalam dadanya dan lisannya bahkan seluruh gerak perbuatan nya. Sebab, itu suatu jaminan telah dijanjikan oleh Allah SWT melalui firmannya:
"Allah sendirilah yang mengutus Muhammad, Rasulnya, datang dengan membawa petunjuk Al-Qur'an dan agama yang pasti benar, untuk memperlihatkan kemenangannya atas segala agama-agama sekalipun orang-orang musyrik tidak senang hatinya". (At-Taubah: 33)
Sungguh amat mengagumkan! kepemimpinannya diperlihatkan secara terbuka. Kawan maupun lawan dengan amat mudah menyaksikan dan menilainya. Ucapan-ucapannya menjadi juru bicara hatinya. Sedangkan perbuatannya menjuru bicarai sifat-sifat dan cita-citanya. Suatu kepemimpinan yang berjuang mulus tanpa bersenjatakan harta maupun kedudukan, tidak untuk mencari sanjungan maupun ambisi pribadi.
Kerendahan hatinya yang lembut tidak hanya diperlihat ketika menghadapi kaum bangsawan, jendral-jendral dan golongan cabang atas lainnya. Tetapi diperlihatkan pula manakala bergaul dengan kaum fakir miskin dari tingkat rakyat yang paling bawah sekalipun. Kewibawaannya telah mempesonakan para pengikutnya lebih menyintai dan bahkan menyediakan seluruh milik mereka harta nyawanya sekalipun untuk mematuhi apa saja yang dikehendakinya.
Para pengikutnya tidak diperlakukan sebagai bawahan, akan tetapi bahkan disebutnya sahabat. Tidak dibedakan antara bangsawan atau orang-orang kaya dengan budak belian. Seorang nabi yang makan dan bercanda bersama di antara sahabat-sahabatnya. Berpakaian dari kain yang murah. Mengendarai keledai seperti kebiasaan orang awam. Berjalan di belakang para sahabat-sahabatnya. Menjenguk orang yang sedang sakit, mengantarkan jenazahnya. Meletakkan makanannya di atas tanah dan disantapnya dengan jari-jari yang telanjang. Padahal seluruh kekuasaan negara telah berada di tangannya. Demikianlah lintasan sekelumit gambaran mengenai kehidupan sehari-hari Muhammad bin 'Abdullah, Rasulullah SAW.
Seorang penulis sejarah kenamaan Thomas Carlyle dalam bukunya On Heroes, Hero-Worship and The Heroic in History (Tahun 1841) yang telah disalin dalam bahasa arab Al-Abtahal dikatakan antara lain sebagai berikut.
"Itulah bangsa Arab (dikala itu), suatu bangsa petualang digurun pasir, saling berhantam satu sama lain selama berabad-abad, tiada pemimpin yang membimbing mereka dan mendidiknya. Akan tetapi setelah datang seorang Nabi yang lahir dari kalangan bangsanya sendiri, lambat laun bangsa ini menduduki kepemimpinannya sebagai kiblatnya kebangkitan dan peradapan dan ilmu pengetahuan yang mengagumkan. Dari sekelompok kecil yang tidak dikenal menjadi golongan besar, dari tingkat bangsa yang hina-dina berubah menjadi bangsa dipertuan yang jaya. Demikian pesatnya kemenangan dan kejayaan mereka hingga penjuru-penjuru dunia memperoleh cahaya peradaban berkat kemajuan fikir mereka serta ilmu pengetahuannya." ('Azhamatur Rasul)
Kawan maupun lawan mengakui bahwa kebangkitan islam adalah suatu kejadian yang amat mengagumkan. Ia lahir dari kemunculan kekuatan yang terpendam dari kalangan rakyat tingkat bawah yang telah memperoleh cahaya langit. Dari reruntuhan kebodohan serta keterbelakangan yang hina. Suatu bangsa baru yang tanah tumpah darahnya cuma gurun pasir dan batu, tandus lagi gersang, tak pernah dibuat manusia peta bumi dan tak pernah pula dikirim sebuah ekspedisi pun ke sana lantaran tiada sesuatu yang rnenarik perhatian. Namun dengan datangnya Islam, meratakan keadilan serta arti tujuan hidup yang benar kenegeri-negeri tetangganya, dan mereka sendiri membuat peta kejayaannya.
Agama mereka (Islam) telah menanamkan dalam-dalam suatu kepercayaan akan harga diri dan cita-cita, menanamkan dalam-dalam suatu keyakinan tentang Allah Yang Maha Esa. Padahal tadinya mereka tidak mengenal arti kepercayaan dan keyakinan yang benar. Hukum keadilan. Islam telah menjadi perlindungan umat manusia yang telah lama direnggut kemerdekaannya dan hak asasinya oleh derita kezaliman, kebodohan, dan kemelaratan yang merata.
Pandit Jawaharlal Nehru dalam kumpulan surat-surat kepada Indira, puteri satu-satunya (perdana menteri India), antara lain mengatakan:
"Amatlah ajaib bahwa bangsa Arab ini selamanya hidup dengan mengantuk dan melena, terpotong dari segala kejadian di mana-mana, tiba-tiba bangkit berdiri dan menunjukan hikmah dan kekuatan luar biasa yang mengejutkan dan menumbangkan dunia. Agaknya Islamlah tenaga atau fikiran baru yang membangunkan orang-orang Arab dan mengisi mereka dengan percaya pada diri sendiri dan hikmah. Islam ialah nama agama dimulai oleh seorang Nabi baru, Muhammad, lahir di Mekah dalam tahun 570 sesudah masehi. "Muhammad wafat sepuluh tahun sesudah hijrah - demikian tulis Jawaharlal Nehru - Muhammad telah berhasil mewujudkan suatu bangsa dan negara dari berbagai kabilah yang berperang, menyalakan dalam diri mereka api kegembiraan. Untuk satu cita-cita."
Dalam mengantarkan bukunya "Islam and international relation", J. Haris Proctor mengantarkan antara lain sebagai berikut.
" Islam is not only set of religios ideas and practices but also a political community endowed with a system of law designed to protect the collective interests of believers and to regulat their relation with the outside world".)
("Islam tidak hanya merupakan seperangkat yang lengkap dari cita-cita yang mulia dan praktek-praktek keagamaan, melainkan juga suatu tata kehidupan masyarakat berpolitik yang dilengkapi dengan sistim undang-undang yang tersusun guna melindungi kepentingan para pemeluknya dan untuk mengatur mereka dalam hubungannya dengan dunia luar.").
Tidak pernah mengaku dirinya tuhan, dan tidak pernah pula menyuruh bahkan melarang umatnya memandang dirinya itu tuhan. Walaupun telah menang dan seluruh jazirah Arab dikuasai dia telap memakai pola hidup ketika belum apa-apa. Tatkala Sayyidina Muhammad Salallahu'alaihi wassalam wafat, warisan yang ditinggalkan berupa kebangkitan Islam yang jaya.
Suatu peristiwa paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Dalam tempo kurang dari seperempat abad, hanya 23 tahun, dari gurun pasir yang tandus dan suku bangsa keterbelakangan di kawasan yang tidak dihiraukan para penulis sejarah. Islam telah tersebar menyinari seperempat dunia. Menaklukkan kerajaan-kerajaan besar, merebut simpati bangsa-bangsa yang sebelumnya memeluk agama-agama lain berbilang abad lamanya. Kebangkitan Islam telah menumbuhkan evolusi berfikir bangsa-bangsa yang jiwanya menjadi sadar, sekaligus saling bahu membahu membina suatu dunia baru, Dunia Islam!
Lothrop Stoddar pernah berkata:
"Kian dalam penyelidikan kita terhadap kemajuan Islam, kian bertambah takjub. Agama besar lain tumbuh dan berkembang amat lambat, menghadang berbagai rintangan.Akhirnya beroleh kemenangan lantaran bantuan raja-raja berkuasa yang memeluk agama itu. Agama nasrani mempunyai konstantin, agama budha mempunyai asoka, dan agama zaroaster mempunyai raja cyrus. Mereka raja-raja perkasa. Mereka tokoh-tokoh pembela dan penggalang agama yang dipeluknya dengan segala kekuasaan dan kekuatan. Tidak demikian Islam! ia lahir di gurun tandus Penduduknya sedikit, pengembara pula. Dan sebelum Islam datang mereka tak punya kedudukan dan tempat dalam sejarah. Tetapi kemudian dengan cepat sekali Islam berkembang kesegala penjuru dunia, tanpa bantuan kekuasaan dan kekuatan banyak umat. Dalam kesulitan maha dahsyat, Islam mendapat kemenangan nyata dan menakjubkan!"
Dalam perjalanan sejarahnya yang amat panjang, umat Islam pernah mengalami pasang surut, bahkan pernah dikalahkan. Tetapi Islam tidak kalah. Dan, tidak akan pernah kalah.
Sumber : Buku yang berjudul Sejarah dan Adat Istiadat Masyarakat Kepenuhan